Powered By Blogger

Selasa, 30 April 2013

Anaphora and Cataphora


How are you bearing up? Sudah lama nih tidak update postingan di Blog, mudah-mudahan readers masih tetap setia menunggu update-an terbaru. Kali ini penulis akan coba memaparkan tentang pengertian dan contoh dari anafora (Anaphora) dan katafora (Cathapora), yakni bagian dari Pragmatik dan sedikit lebih spesifik untuk lebih memperdalam pemahaman tentang kajian teori dalam bidang pragmatik ini.
Fenomena linguistik “anafora” memang telah menjadi perhatian para linguist (ahli bahasa) dewasa ini, anafora mengarah pada berbagai penafsiran. Seperti yang diungkapkan oleh ahli bahasa Levinson dan Yule dalam bukunya:
“An anaphoric usage is where some term picks out as referent the same entity (or class objects) that some prior term in the discourse picked out.” (Levinson, 1983:67).
(Penggunaan sebuah anaforis adalah di mana beberapa istilah diambil sebagai rujukan entitas yang sama (atau objek kelas) yang berapa istilah sebelumnya dalam wacana yang diambil.)
Menurut Yule dalam bukunya Pragmatics, “anaphora is a process to introduce the real same entities that turned by antecedent.” (1996:37).
(Anafora adalah proses untuk memperkenalkan entitas yang sama yang diulang kembali oleh anteseden.)
Yule juga mengatakan bahwa “anaphoric reference or anaphora is subsequent reference to already introduced referents.” (G.Yule, Pragmatics 1996, page 22)
(referensi anaforis atau anafora adalah referensi selanjutnya setelah referen tersebut sudah diperkenalkan).
Dari definisi diatas bisa kita simpulkan bahwa pada dasarnya, anafora adalah fenomena pengulangan suatu entitas (antecedent) oleh penutur (anaphor) yang menunjukkan kembali kepada entitas itu.
Anteseden sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah informasi atau unsur terdahulu dalam ingatan atau konteks yang ditunjukkan oleh suatu ungkapan  dalam suatu klausa atau kalimat.
Dalam istilah ilmu kebahasaan, ungkapan pertama sering disebut sebagai anteseden (antecedent) dan ungkapan kata kedua atau ungkapan berikutnya disebut sebagai katafora. Katafora adalah lawan kata dari anafora, yakni informasi yang tidak ditunjukkan sebelumnya dalam sebuah kalimat.
Menurut Yule (1996:38) “States that cataphora is referent, which has not introduced before.”
Yule menjelaskan bahwa katafora merupakan sebuah referen yang mana tidak disebutkan dalam kalimat sebelumnya. Namun tetap mengacu pada referen yang akan disebutkan dalam ungkapan berikutnya.
Contoh Anafora dan Katafora dalam kalimat:
  1. Sherlock Holmes dan dr. Watson adalah Partner yang kompak. Yang pertama adalah seorang Detektif sedangkan berikutnya melengkapinya sebagai seorang dokter yang pintar.
  2. Berkat kegigihannya dalam bidang IPTEK, BJ Habibie mendapatkan banyak penghargaan dan gelar dari berbagai pihak.
Kalimat pertama mengandung makna Anafora yakni kata “yang pertama” mengacu pada Sherlock Homes (anafor ke-1) sebagai orang yang pertama disebutkan dalam kalimat tersebut dan merupakan anteseden pertama, sedangkan kalimat “berikutnya” mengacu pada dr. Watson (anafor ke-2) sebagai anteseden kedua.
Pada kalimat kedua terdapat kata yang mengandung makna sebagai katafor (cataphora) yakni imbuhan “-nya” dalam kata “kegigihannya” merupakan referen yang mengacu kepada BJ Habibie sebagai katafor (cataphor).

References
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics: Cambridge, England: Cambridge University Press
Yule, G. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.