Dalam
kehidupan sehari-hari, mungkin kita sudah tidak asing lagi dan sering mendengar
kata “implisit” atau kata “implikasi”. Namun terkadang masih sulit
mendefiniskan arti secara harfiah dari kedua kata tersebut. Untuk mengenal dan
mendefiniskan istilah-istilah yang telah disebutkan dan kaitannya dengan
bahasan yang akan penulis bahas, yaitu mengenai implikatur dan percakapan
implikatur. Kita bisa mengenal lebih spesifik dan mendefinisikan istilah
implikatur baik secara literal, secara makna, ataupun secara kedua-duanya.
Kata
implikatur (implicature) diambil dari
kata kerja “to imply” yang berasal
dari bahasa latin “plicare”. Secara
etimologis, “to imply” bermakna
melipat sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Jadi, dapat kita artikan sesuatu
yang diimplikasikan adalah sesuatu yang “dilipat”, dan untuk mengetahui
maknanya kita harus “bongkar” agar makna sebenarnya dapat dipahami. (Mey,
2001:45). Istilah implikatur juga dipakai untuk menerangkan apa yang mungkin di
artikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur, yang berbeda dengan apa
yang sebenarnya dikatakan oleh penutur itu. (Yule, 1996)
Menurut
Levinson dalam Pragmatics (1983:103-104),
implikatur percakapan merupakan penyimpangan dari muatan semantik suatu
kalimat. Levinson mengatakan bahwa:
“ . . . by definition,
conversational implicature, where the term implicature is intended to contrast
with the term like logical implication, entailment and logical consequences
which are generally used to refer to inferences that are derived solely from
logical and semantic content. For implicatures are not semantic inferences, but
rather inferences based on both the content of what has been said and some
specific assumption about the co-oprative nature of ordinary verbal
interaction.”
(.
. . secara definitif, istilah implikatur percakapan ini dimaksudkan secara
kontras dengan istilah seperti implikasi logis, dan memerlukan konsekuensi
logis yang umumnya digunakan untuk merujuk kepada kesimpulan yang berasal
semata-mata dari konten logis dan semantik. Implikatur bukanlah kesimpulan
semantik, melainkan kesimpulan berdasarkan isi dari apa yang telah dikatakan
dan beberapa asumsi tertentu tentang sifat kerjasama dari interaksi verbal
biasa.)
Implikatur juga dapat diartikan sebagai
penyiratan atau konsep yang mengacu pada sesuatu yang diimplikasikan (implicated) oleh sebuah tuturan yang
tidak dinyatakan secara eksplisit (asserted)
oleh tuturan itu. Istilah implikatur pertama kali dikemukakan oleh Grice
(1975) untuk menerangkan apa yang mungkin diterangkan, diartikan, disarankan,
atau dimaksudkan oleh penutur, yang bisa jadi berbeda dengan apa yang
sebenarnya dikatakan oleh penutur.
Dari definisi di atas bisa kita ambil
kesimpulan bahwa pemahaman terhadap implikatur tidak lepas dari asas kerjasama
antar kedua penutur dalam sebuah interaksi percakapan. Maka untuk lebih
jelasnya, kita definisikan lebih rinci ketiga istilah kata implisit, implikasi
dan implikatur. Implisit bisa diartikan sebagai makna yang terkandung (meskipun
tidak dinyatakan secara jelas dan terang-terangan), implikasi memiliki makna
yang termasuk atau tersimpul tetapi tidak dinyatakan, sedangkan implikatur
memiliki penjabaran makna yang tersembunyi dalam sebuah percakapan atau makna
yang dimaksud oleh penutur yang berhubungan dengan adanya kerjasama untuk
mengetahui makna yang bisa jadi berbeda.
Lalu
bagaimana dengan implikatur dalam percakapan atau percakapan implikatur?
Grice mengemukakan dalam artikelnya
yang berjudul “Logical of Conversation” bahwa
sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian
dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan
implikatur percakapan. Dengan demikian, dapat kita definisikan bahwa implikatur
percakapan adalah implikasi dari suatu tuturan yang berupa proposisi yang
sebenarnya bukan bagian dari tuturan tersebut.
Terminologi
implikatur percakapan (conversational
implicature) yang hanya bisa diamati secara implisit diartikan sebagai
“adanya keterkaitan antara ujaran-ujaran yang diucapkan antara dua orang yang
sedang bercakap-cakap.” (Chaer dan Agustina, 2004:59)
Untuk
lebih jelas tentang implikatur percakapan, mari kita lihat contoh dalam kalimat
di bawah ini.
A: Waduh hari ini gerah sekali.
B: Ini Pak, minumannya!
Dari
contoh kalimat pertama, kita bisa beranggapan bahwa cuaca hari itu memang panas
sehingga membuat gerah, namun kalimat itu juga bisa menyimpan makna implisit
bahwa penutur sangat haus. Sedangkan pada kalimat yang kedua, kita bisa
beranggapan bahwa penutur memberitahukan bahwa minuman telah disediakan. Namun
kalimat tersebut juga bisa berarti bahwa penutur mengajak atau menawarkan
petutur untuk meminum minuman yang sudah disediakan.
Disebutkan
bahwa terdapat dua jenis implikatur yakni implikatur konvensional yg dihasilkan
dari penalaran logika serta implikatur konversasional yang dihasilkan karena
konteks tertentu.
Penjelasan
mengenai dua jenis implikatur akan dijelaskan dalam artikel berikutnya. So, tetap up-date pengetahuan Anda tentang Pragmatics dengan terus mengunjungi blog ini. Tidak lupa juga untuk
pembaca tercinta, agar selalu aktif memberi komentar, saran dan kritik untuk tulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Terimakasih…
References
Chaer, A. & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Grice, H. P. (2004). Logic and Conversation. London: University College London for
Pragmatic Theory Online Course
Levinson, Stephen, C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University
Press.
Mey, Jacob L.
2001. Second Edition: Pragmatics An
Introduction. Malden, Massachusetts: Oxford University Press
Yule, G. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Kak mana ya updetan artikel penjelasan 2 jenis implikatur (konvensional & konversasional) dan contoh kalimatnya?
BalasHapus