How are
you bearing up? Sudah
lama nih tidak update postingan di Blog, mudah-mudahan readers masih tetap setia menunggu update-an terbaru. Kali ini
penulis akan coba memaparkan tentang pengertian dan contoh dari anafora (Anaphora) dan katafora (Cathapora), yakni bagian dari Pragmatik
dan sedikit lebih spesifik untuk lebih memperdalam pemahaman tentang kajian
teori dalam bidang pragmatik ini.
Fenomena
linguistik “anafora” memang telah menjadi perhatian para linguist (ahli bahasa) dewasa ini, anafora mengarah pada berbagai
penafsiran. Seperti yang diungkapkan oleh ahli bahasa Levinson dan Yule dalam bukunya:
“An anaphoric usage is where
some term picks out as referent the same entity (or class objects) that some
prior term in the discourse picked out.” (Levinson, 1983:67).
(Penggunaan
sebuah anaforis adalah di mana beberapa istilah diambil sebagai rujukan entitas
yang sama (atau objek kelas) yang berapa istilah sebelumnya dalam wacana yang
diambil.)
Menurut
Yule dalam bukunya Pragmatics, “anaphora is a
process to introduce the real same entities that turned by antecedent.”
(1996:37).
(Anafora
adalah proses untuk memperkenalkan entitas yang sama yang diulang kembali oleh
anteseden.)
Yule juga mengatakan bahwa “anaphoric
reference or anaphora is subsequent reference to already introduced referents.” (G.Yule, Pragmatics
1996, page 22)
(referensi anaforis atau anafora adalah referensi selanjutnya
setelah referen tersebut sudah diperkenalkan).
Dari definisi diatas bisa kita simpulkan bahwa pada dasarnya, anafora adalah fenomena pengulangan suatu entitas (antecedent) oleh penutur (anaphor) yang menunjukkan kembali
kepada entitas itu.
Anteseden sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
informasi atau unsur terdahulu dalam ingatan atau konteks yang ditunjukkan oleh
suatu ungkapan dalam suatu klausa atau
kalimat.
Dalam istilah ilmu kebahasaan, ungkapan pertama sering
disebut sebagai anteseden (antecedent)
dan ungkapan kata kedua atau ungkapan berikutnya disebut sebagai katafora.
Katafora adalah lawan kata dari anafora, yakni informasi yang tidak ditunjukkan
sebelumnya dalam sebuah kalimat.
Menurut Yule (1996:38) “States that cataphora is referent, which
has not introduced before.”
Yule menjelaskan bahwa katafora merupakan sebuah
referen yang mana tidak disebutkan dalam kalimat sebelumnya. Namun tetap
mengacu pada referen yang akan disebutkan dalam ungkapan berikutnya.
Contoh Anafora dan Katafora dalam kalimat:
- Sherlock Holmes dan dr. Watson adalah Partner yang kompak. Yang pertama adalah seorang Detektif sedangkan berikutnya melengkapinya sebagai seorang dokter yang pintar.
- Berkat kegigihannya dalam bidang IPTEK, BJ Habibie mendapatkan banyak penghargaan dan gelar dari berbagai pihak.
Kalimat pertama mengandung
makna Anafora yakni kata “yang pertama” mengacu pada Sherlock Homes (anafor
ke-1) sebagai orang yang pertama disebutkan dalam kalimat tersebut dan
merupakan anteseden pertama, sedangkan kalimat “berikutnya” mengacu pada dr.
Watson (anafor ke-2) sebagai anteseden kedua.
Pada kalimat kedua terdapat
kata yang mengandung makna sebagai katafor (cataphora)
yakni imbuhan “-nya” dalam kata “kegigihannya” merupakan referen yang mengacu
kepada BJ Habibie sebagai katafor (cataphor).
References
Levinson,
Stephen C. 1983. Pragmatics: Cambridge,
England: Cambridge University Press
Yule,
G. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford
University Press.